Sudah Saatnya Tuchel 'Tendang' Lukaku dari Line Up Chelsea

Sebelum kehadiran Lukaku, lini depan Chelsea memang tumpul, namun terbilang Fluid atau cair saat memainkan bola dan melancarkan serangan.
Sedangkan setelah hadirnya Lukaku yang menjadi Focal Point, Chelsea seperti kehilangan fleksibilitas dalam menerapkan Counter-Pressing yang membawa mereka menjadi kampiun Liga Champions 2020/21.
Singkatnya, lini depan Chelsea kehilangan agresifitas tak hanya dalam serangan namun juga bertahan. Berkurangnya agresifitas ini terlihat dari minimnya Pressing atau tekanan yang dilancarkan.
Dilansir dari laman FBRef, dari seluruh pemain lini depan Chelsea, hanya Lukaku yang punya nilai Pressing terendah, yakni dengan 88 kali tekanan dalam 14 laga yang ia mainkan di Liga Inggris 2021/22.
-Bandingkan dengan Kai Havertz yang kerap di pasang di pos yang sama. Dalam 15 laga Liga Inggris, pemain berusia 22 tahun ini melancarkan 155 tekanan ke lawan.
Dengan kata lain, Lukaku bertipe pemain pemalas di sistem yang diterapkan Tuchel. Hal ini bisa dikatakan wajar karena dirinya merupakan penyerang tradisional.
-Sayangnya, tipe penyerang tradisional seperti Lukaku tak cocok dengan sepak bola modern yang diterapkan Chelsea, dan bahkan Man City.
Ada dua cara untuk mengatasi kekurangan tersebut, yakni Tuchel harus mengubah sistemnya atau Lukaku yang harus mulai beradaptasi dengan gaya permainan Chelsea saat ini.
Selain karena kesalahan Lukaku yang pemalas, Chelsea juga tak punya kreator andal untuk Focal Point-nya sehingga apa yang dimiliki eks Inter Milan itu tak bisa dimaksimalkan.
Minimnya kreatifitas Chelsea terlihat dari Goal-Creating Actions (GCA) atau tindakan seperti operan, dribel, dan pelanggaran yang berbuah gol untuk rekan setim.
Di Liga Inggris musim ini, hanya Mason Mount yang punya GCA tertinggi, yakni 8 kali yang disusul oleh para bek dan gelandang Chelsea, seperti Cesar Azpilicueta (8 kali), Antonio Rudiger (6 kali), dan Jorginho (6 kali).
Jumlah tersebut terbilang sedikit bagi tim sekelas Chelsea. Sehingga jelas kehadiran kreator dibutuhkan untuk memaksimalkan sosok Lukaku.
Dari seluruh bukti ini, dapat disimpulkan bahwa Lukaku dan Chelsea sejatinya terlalu dipaksakan. Kesalahan besar ada pada tim Scouting dan petinggi The Blues yang memboyongnya ke Stamford Bridge.
Bisa dikatakan bahwa Chelsea terlalu buru-buru untuk menghadirkan penyerang pada sosok Lukaku, padahal The Blues lebih membutuhkan pemain bertipe kreator seperti Eden Hazard dalam sistem Tuchel yang bisa bermain sebagai False Nine.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom