Kisah Agus Prayogo: Dari Geng Motor, Masuk Tentara Hingga Cita-cita Main di Olimpiade
INDOSPORT: Bisa ceritakan sedikit mengenai awal berkenalan dengan cabang olahraga lari?
Agus Prayogo: Awalnya sekitar tahun 1995, waktu itu saya kelas 5 sekolah dasar di kampung dan yang namanya mainan kan ada musimnya seperti layangan, kelereng, dan kebetulan saat ikut lari sama teman-teman di klub. Akan tetapi ada banyak yang bosan, sama seperti saya. Akhirnya coba bertahan dan dapat kesempatan wakilin sekolah ikut lomba dan jadi juara satu, dari situ aku mikir tidak ada salahnya ikut olahraga ini.
INDOSPORT: Setelahnya apakah mulai fokus dan ikut klub profesional?
Agus Prayogo : Masuk SMP saya cari informasi kemudian coba ikut klub lari di Salatiga karena waktu itu yang paling bagus ada di sana dan keterima.
INDOSPORT: Seperti apa tanggapan keluarga karena harus meninggalkan rumah di usia yang masih sangat muda?
Agus Prayogo : Dari keluarga tidak ada masalah, mereka sangat support dan saya buktiin dengan mewakili nama Jawa Tengah, jadi juara nasional untuk pelajar di Popnas di Palembang 2001. Dari tingkat nasional kemudian mewakili Indonesia di tingkat Asean School Games dan juga juara 3 tahun beruntun sampai 2003.
INDOSPORT: Lantas bagaimana dengan pendidikan di samping giat berlatih setelah memutuskan sebagai seorang atlet?
Agus Prayogo: Kebetulan saya sejauh itu masuk sekolah yang benar-benar support dengan karier jadi diberi kelonggaran masuk sekolahnya setelah selesai latihan pagi misalnya. Dari SMA masih lancar saja hingga lanjut kuliah. kemudian ada kesempatan dipanggil masuk ke Pelatnas, akhirnya kuliah tidak selesai hanya sampai tiga semester saja. Waktu itu masuk kuliahan ambil manajemen akutansi di Salatiga.
INDOSPORT: Tentu sebuah keputusan besar memutuskan untuk berhenti kuliah dan masuk ke Pelatnas. Apakah itu mendapatkan pertentangan dari keluarga dan bagaimana rasanya memilih dua hal penting tersebut?
Agus Parayogo: Saya pikir untuk masuk ke Pelatnas itu susah sekali dan itu kesempatan yang besar jadi saya tinggalin kuliahnya. Dari keluarga tetap support, mereka menyerahkan semua keputusan di tangan saya karena itu juga untuk karier.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom